Laporan
Praktikum Seleksi Alam
Oleh
:
Cahyani Rahmatika
Kelas : XII-MIA 1
I.
Tujuan
1. Untuk
memahami mekanisme seleksi alam
2. Untuk
mengetahui mekanisme adaptasi makhluk hidup terhadap predator
II.
Landasan
Teori
Evolusi (dalam
kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat
terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses
utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya. Atau dapat juga di artikan proses di mana mutasi genetika yang meningkatkan keberlangsungan dan reproduksi suatu organisme menjadi (dan tetap) lebih umum dari generasi yang satu ke genarasi yang lain pada sebuah populasi. Ia sering disebut sebagai mekanisme yang "terbukti sendiri" karena:
- Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme.
- Organisme menghasilkan keturunan lebih dari yang dapat bertahan hidup
- Keturunan-keturunan ini bervariasi dalam kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi.
Kondisi-kondisi ini menghasilkan kompetisi antar organisme
untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme dengan
sifat-sifat yang lebih menguntungkan akan lebih berkemungkinan mewariskan
sifatnya, sedangkan yang tidak menguntungkan cenderung tidak akan diwariskan ke
generasi selanjutnya.
Konsep pusat seleksi alam adalah kebugaran evolusi organisme. Kebugaran evolusi mengukur kontribusi genetika organisme pada generasi selanjutnya. Namun, ini tidaklah sama dengan jumlah total keturunan, melainkan kebugaran mengukur proporsi generasi tersebut untuk membawa gen sebuah organisme. Karena itu, jika sebuah alel meningkatkan kebugaran lebih daripada alel-alel lainnya, maka pada tiap generasi, alel tersebut menjadi lebih umum dalam populasi. Contoh-contoh sifat yang dapat meningkatkan kebugaran adalah peningkatan keberlangsungan hidup dan fekunditas. Sebaliknya, kebugaran yang lebih rendah yang disebabkan oleh alel yang kurang menguntungkan atau merugikan mengakibatkan alel ini menjadi lebih langka. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa kebugaran sebuah alel bukanlah karakteristik yang tetap. Jika lingkungan berubah, sifat-sifat yang sebelumnya bersifat netral atau merugikan bisa menjadi menguntungkan dan yang sebelumnya menguntungkan bisa menjadi merugikan.
Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah seleksi berarah (directional selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang waktu tertentu. Kedua, seleksi pemutus (disruptive selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai yang berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi terhadap nilai-nilai ekstrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini dapat menyebabkan organisme secara pelahan memiliki sifat yang sama.
Kasus khusus seleksi alam adalah seleksi seksual, yang merupakan seleksi untuk sifat-sifat yang meningkatkan keberhasilan perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu organisme.
Evolusi memengaruhi setiap aspek dari bentuk dan perilaku
organisme. Yang paling terlihat adalah adaptasi perilaku dan fisik yang
diakibatkan oleh seleksi alam. Adaptasi-adaptasi ini meningkatkan kebugaran
dengan membantu aktivitas seperti menemukan makanan, menghindari predator, dan
menarik lawan jenis. Organisme juga dapat merespon terhadap seleksi dengan
berkooperasi satu sama lainnya, biasanya dengan saling membantu dalam simbiosis. Dalam jangka waktu yang lama, evolusi menghasilkan spesies
yang baru melalui pemisahan populasi leluhur organisme menjadi kelompok baru
yang tidak akan bercampur kawin.
Adaptasi merupakan struktur atau perilaku yang meningkatkan fungsi organ tertentu, menyebabkan organisme menjadi lebih baik dalam bertahan hidup dan bereproduksi. Ia diakibatkan oleh kombinasi perubahan acak dalam skala kecil pada sifat organisme secara terus menerus yang diikuti oleh seleksi alam varian yang paling cocok terhadap lingkungannya. Proses ini dapat menyebabkan penambahan ciri-ciri baru ataupun kehilangan ciri-ciri leluhur.
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa seleksi alam adalah salah satu faktor pendorong terjadinya evolusi (teori darwinisme). Maka dari itu saya melakukan praktik simulasi seleksi alam ini untuk mengetahui proses seleksi alam beserata faktor yang mempengaruhinya sebagai salah satu proses pembelajaran mengenai materi tentang ‘Evolusi’.
III.
Alat dan Bahan
1. Perforator
atau pelubang kertas
2. Kertas
manila
3. Kantong
plastik
4. Stopwatch
IV.
Cara
Kerja
1. Membuat
potongan-potongan kertas manila (karton) : kuning, merah, putih, dan hijau
masing-masing 50 buah
2. Memasukkan
potongan-potongan kertas tersebut masing-masing ke dalam kantong plastik yang
berbeda
3. Mengambil
kertas manila sebagai alas
4. Menaburkan
secara merata potongan-potongan kertas tersebut pada kertas / alas
5. Memungut
kembali potongan-potongan kertas tersebut secara acak selama 2 menit
6. Menghitung
jumlah kertas kuning, merah, putih, dan hijau yang terambil kembali
7. Memasukkan
hasil perhitungan pada tabel
V.
Hasil
Pengamatan
“Tabel
Pengamatan”
1.
Pada
alas warna hijau
No
|
Perincian Data
|
Kuning
|
Merah
|
Putih
|
Hijau
|
1.
|
Jumlah
sebelum ditaburkan
|
50
|
50
|
50
|
50
|
2.
|
Jumlah yang terambil
kembali
|
22
|
18
|
21
|
13
|
3.
|
Selisih antara jumlah
sebelum ditaburkan dan sudah diambil kembali
|
28
|
32
|
29
|
37
|
2.
Pada
alas warna kuning
No
|
Perincian Data
|
Kuning
|
Merah
|
Putih
|
Hijau
|
1.
|
Jumlah
sebelum ditaburkan
|
50
|
50
|
50
|
50
|
2.
|
Jumlah yang terambil
kembali
|
10
|
14
|
19
|
19
|
3.
|
Selisih antara jumlah
sebelum ditaburkan dan sudah diambil kembali
|
40
|
36
|
31
|
31
|
3.
Pada
alas warna putih
No
|
Perincian Data
|
Kuning
|
Merah
|
Putih
|
Hijau
|
1.
|
Jumlah
sebelum ditaburkan
|
50
|
50
|
50
|
50
|
2.
|
Jumlah yang terambil
kembali
|
15
|
18
|
14
|
17
|
3.
|
Selisih antara jumlah
sebelum ditaburkan dan sudah diambil kembali
|
35
|
32
|
36
|
33
|
VI.
Kesimpulan
Dari
data hasil percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa makhluk hidup yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan akan dapat bertahan hidup lebih lama dari pada
makhluk hidup yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan. Salah satu cara
agar bisa bertahan hidup adalah dengan berkamuflase. Dan faktor-faktor yang
mempengaruhi evolusi makhluk hidup antara lain : Perkawinan tak acak, migrasi,
hanyutan genetik, seleksi alam, mutasi dan rekombinasi.
VII.
Lampiran