14 Maret 2023

Makalah Sholat Jama' dan Qashar

 

MAKALAH

SHOLAT JAMA’ DAN QASHAR



 


 

Nama Kelompok :

1.    Andika Aryanti                   (1686206064)

2.    Cahyani Rahmatika            (1686206051)

3.    Denis Aprilian                       (1686206052)

4.    Ika Heri Pratiwi                   (1686206034)

5.    Sisca Dewi Anggraini             (1686206037)

 

STKIP Bina Insan Mandiri

 SURABAYA

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SHALAT JAMA’ DAN QASHAR” tepat pada waktunya, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Pendidikan Agama Islam.

Makalah  disusun berdasarkan hasil diskusi yang diharapkan berguna untuk mengembangkan kreatifitas, daya pikir, dan untuk menambah pengetahuan tentang Shalat Jama’ dan Qashar.

Segala petunjuk, arahan dan bantuan dari berbagai pihak yang penulis terima dalam menyusun makalah ini sangatlah besar artinya. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

       Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya Makalah ini.      

Demikian harapan kami semoga hasil pengkajian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

 

 

 

 

 

Penyusun

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL   ...………………………….……..  i

KATA PENGANTAR .…………………………………… ii

DAFTAR ISI ........................................................................  iii

BAB I PENDAHULUAN  …………………………………  1

1.1    Latar Belakang  …………………………………….  1

1.2    Rumusan Masalah  …………………………………  2

1.3    Tujuan  ………………………………………………  2

BAB II PEMBAHASAN  ……………………………………  3

2.1  Pengertian Shalat Jama’, Qashar dan Jama’ Qashar    3

2.2  Hukum – Hukum  Shalat Jama’ dan Qashar  …………  4

2.3  Syarat Sah Shalat Jama’ dan Qashar  …………………  8

2.4  Niat Shalat Jama’, Qashar, dan Jama’ Qashar  ………  11

2.5 Hal – Hal Yang Bisa Membatalkan Shalat Qashar  ……  19

BAB III PENUTUP  …………………………………………  18

3.1  Kesimpulan  …………………………………………  18

3.2  Saran  …………………………………………………  18

DAFTAR PUSTAKA  ……………………………………….  19

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Tujuan manusia diciptakan oleh Allah adalah hanya untuk beribadah kepada Allah, salah satu bentuk beribadah kepada Allah adalah dengan cara mendirikan shalat. Dalam mendirikan shalat setiap muslim diwajibkan untuk memenuhi rukun shalat dan melakukannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Sesuai dengan Firman Allah QS An-Nisa ayat 103. Berbeda halnya jika kita sedang berpergian jauh dan mengalami kesulitan untuk mendirikan sholat fardhu tepat pada waktunya. Oleh karena itu, Allah meringankan kewajiban kita dengan cara menjama’ dan menqashar sholat. Sebab, Islam adalah agama yang mudah dan tidak ingin memberatkan para umatnya dalam segala hal termasuk juga ibadah shalat fardhu.

     Dari situlah muncul permasalahan-permasalahan diantaranya adalah tentang hukum dari jama’ dan qashar, sebab-sebab diperbolehkannya melakukan jama’ dan qashar, dan juga cara melakukan sholat jama’ qashar itu sendiri, baik di kalangan para ulama fiqih dan para masyarakat. Ada yang memandanganya lebih baik menyempurnakan shalat walaupun sedang berpergian. Ada juga yang memandang bahwa jama’ dan qashar itu wajib dilaksanakan dan tidak boleh menyempurnakan shalat. Dan masih banyak lagi pendapat-pendapat tentang shalat jama’ dan qashar.

     Jika melihat kenyataan tersebut, bahwa banyak sekali perbedaan-perbedaan yang muncul baik di kalangan masyarakat ataupun di kalangan ulama’-ulama’ fiqih, maka kami akan menguraikan perbedaan-perbedaan tersebut dalam makalah kami berikut ini.

 


 

1.2    Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian Shalat Jama’, Qashar, dan Jama’ Qashar ?

2.      Apa saja hukum-hukum dalam melaksanakan Shalat Jama’ dan Qashar ?

3.      Apa syarat Shalat Jama’ dan Qashar ?

4.      Bagaimana niat Shalat Jama’, Qashar dan Jama’ Qashar ?

5.      Hal – hal apa saja yang membatalkan shalat Qashar ?

 

1.3    Tujuan

1.      Mengetahui pengertian Shalat Jama’, Qashar, dan Jama’ Qashar.

2.      Mengetahui hukum-hukum dalam melaksanakan Shalat Jama’ dan Qashar.

3.      Mengetahui syarat Shalat Jama’ dan Qashar.

4.      Mengetahui niat Shalat Jama’, Qashar, dan Jama’ Qashar.

5.      Mengetahui tentang hal – hal yang bisa membatalkan shalat Qashar


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1  Pengertian Shalat Jama’, Qashar dan Jama’ Qashar

            Jama’ artnya mengumpulkan. Yang dimaksud shalat jama’ artinya mengumpulkan dua shalat wajib dalam satu waktu tapi dikerjakan secara sendiri-sendiri. Shalat yang boleh di jama’ adalah Dhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya’. Sedangkan, shalat Shubuh tidak boleh dijama’ melainan ditunaikan sendiri pada waktunya.  Shalat jama’ dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1.    Shalat Jama’ Taqdim adalah mengumpulkan dua waktu shalat dalam satu waktu dan dilakukan pada waktu shalat pertama.

Misalnya: - Shalat Dhuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu Dhuhur.

-   Shalat Maghrib dan Isya’ dikerjakan pada waktu Maghrib.

2.    Shalat Jama’ Ta’khir adalah mengumpulkan dua waktu shalat dalam satu waktu yang dilakukan pada waktu shalat yang kedua.

Misalnya: - Shalat Dhuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu Ashar.

  - Shalat Maghrib dan Isya dikerjakan pada waktu Isya’.

Qashar artinya meringkas atau memendekkan. Yang dimaksud shalat Qashar adalah shalat yang dirinkas rakaatnya dari empat menjadi dua. Shalat yang boleh diqashar adalah shalat Dhuhur, Ashar, dan Isya’. Sedangkan shalat Maghrib dan Shubuh tidak boleh diringkas.

Shalat Jama’ qashar adalah melakukan shalat dengan dijama’ sekaligus diqashar, baik dengan jama’ taqdim maupun dengan jama’ ta’khir. Misalnya, sholat Dhuhur dengan Ashar, Dhuhur dua rakaat kemudian salam disambung dengan Ashar dua rakaat. Mengenai persyaratan shalat jama’ qashar sama dengan persyaratan mengerjakan shalat Qashar. Yaitu, semua shalat yang memenuhi syarat untuk bisa di-qashar, maka shalat tersebut pasti boleh dijamak. Namun, tidak semua shalat yang bisa dijamak itu bisa diqashar. Shalat yang memenuhi syarat untuk bisa dijama’ akan tetapi belum memenuhi syarat untuk diqashar, Maka saat itu hanya boleh menjamak dan tidak boleh meng-qashar.

2.2    Hukum - Hukum Shalat Jama’ dan Qashar

Menjama’ shalat boleh dilakukan oleh siapa saja yang memerlukannya, baik musafir atau bukan dan tidak boleh dilakukan terus menerus tanpa udzur. Jadi, hanya dilakukan ketika diperlukan saja. (Taudhihul Ahkam, Al Bassam 2/308-310 dan Fiqhus Sunnah 1/316-317).

Termasuk udzur yang membolehkan seseorang untuk menjama’ shalatnya adalah musafir ketika masih dalam perjalanan dan belum sampai di tempat tujuan (HR. Bukhari, Muslim), turunnya hujan (HR. Muslim, Ibnu Majah dll), dan orang sakit. (Taudhihul Ahkam, Al Bassam 2/310, Al Wajiz, Abdul Adhim bin Badawi Al Khalafi 139-141, Fiqhus Sunnah 1/313-317).

Berkata Imam Nawawi Rahimahullah : ”Sebagian Imam (ulama) berpendapat bahwa seorang yang mukim boleh menjama’ shalatnya apabila diperlukan asalkan tidak dijadikan sebagai kebiasaan.” (Syarah Muslim, imam Nawawi 5/219 dan Al Wajiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitabil Aziz 141).

Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma berkata, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjama’ antara Dhuhur dengan Ashar dan antara Maghrib dengan Isya’ di Madinah tanpa sebab takut dan safar (dalam riwayat lain; tanpa sebab takut dan hujan). Ketika ditanya hal itu kepada Ibnu Abbas beliau menjawab : ”Bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tidak ingin memberatkan umatnya.” (HR.Muslim dll. Lihat Sahihul Jami’ 1070).

 

Hukum Menjama’ Shalat Jum’at Dengan Ashar

Tidak diperbolehkan menjama’ antara shalat Jum’at dengan shalat Ashar dengan alasan apapun baik musafir, orang sakit, turun hujan atau ada keperluan lain. Walaupun dia adalah orang yang diperbolehkan menjama’ antara Dhuhur dengan Ashar.

Hal ini disebabkan tidak adanya dalil tentang menjama’ antara Jum’at dan Ashar, dan yang ada adalah menjama’ antara Dhuhur dan Ashar dan antara Maghrib dan Isya’. Jum’at tidak bisa diqiyaskan dengan Dhuhur karena sangat banyak perbedaan antara keduanya. Ibadah harus dengan dasar dan dalil, apabila ada yang mengatakan boleh maka silahkan dia menyebutkan dasar dan dalilnya dan dia tidak akan mendapatkannya karena tidak ada satu dalilpun dalam hal ini.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “Barangsiapa membuat perkara baru dalam urusan kami ini (dalam agama) yang bukan dari padanya (tidak berdasar) maka tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam riwayat lain : “Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah kami (tidak ada ajarannya) maka amalannya tertolak.” (HR.Muslim).

Jadi kembali pada hukum asal, yaitu wajib mendirikan shalat pada waktunya masing-masing kecuali apabila ada dalil yang membolehkan untuk menjama’ dengan shalat lain. (Majmu’ Fatawa Syaihk Utsaimin 15/369-378).

 

Hukum Musafir Shalat Dibelakang Mukim

Shalat berjama’ah adalah wajib bagi orang mukim ataupun musafir, apabila seorang musafir shalat dibelakang imam yang mukim maka dia mengikuti shalat imam tersebut yaitu 4 raka’at, namun apabila ia shalat bersama-sama musafir maka shalatnya di qashar (dua raka’at). Hal ini didasarkan atas riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma. Berkata Musa bin Salamah : Suatu ketika kami di Makkah (musafir) bersama Ibnu Abbas, lalu aku bertanya :”Kami melakukan shalat 4 raka’at apabila bersama kamu (penduduk Makkah), dan apabila kami kembali ke tempat kami (bersama-sama musafir) maka kami shalat dua raka’at?” Ibnu Abbas Radhiallahu Anhuma menjawab: “Itu adalah sunnahnya Abul Qasim (Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam).” (Riwayat Imam Ahmad dengan sanad shahih. (Irwa’ul Ghalil no 571 dan Tamamul Minnah, Syaikh AL ALbani 317).

 

Hukum Musafir Menjadi Imam Mukim

Apabila musafir dijadikan sebagai imam orang-orang mukim dan dia meng-qashar shalatnya maka hendaklah orang-orang yang mukim meneruskan shalat mereka sampai selesai (4 raka’at), namun agar tidak terjadi kebingungan hendaklah imam yang musafir memberi tahu makmumnya bahwa dia shalat qashar dan hendaklah mereka (makmum yang mukim) meneruskan shalat mereka sendiri-sendiri dan tidak mengikuti salam setelah dia (imam) salam dari dua raka’at. Hal ini pernah dilakukan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam ketika berada di Makkah (musafir) dan menjadi imam penduduk Makkah, beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata : “Sempurnakanlah shalatmu (4 raka’at) wahai penduduk Makkah! Karena kami adalah musafir.” (HR. Abu Dawud). Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam shalat dua-dua (qashar) dan mereka meneruskan sampai empat raka’at setelah beliau salam. (Al Majmu Syarah Muhadzdzab 4/178 dan Majmu’ Fatawa Syaikh Utsaimin 15/269).

Apabila imam yang musafir tersebut khawatir membingungkan makmumnya dan dia shalat 4 raka’at (tidak meng-qashar) maka tidaklah mengapa karena hukum qashar adalah sunnah mu’akkadah dan bukan wajib. (Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdullah bin Abdir Rahman Al Bassam 2/294-295).

 

Hukum Shalat Jum’at Bagi Musafir

Kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak ada shalat jum’at bagi musafir, namun apabila musafir tersebut tinggal disuatu daerah yang diadakan shalat Jum’at maka wajib atasnya untuk mengikuti shalat Jum’at bersama mereka. Ini adalah pendapat imam Malik, imam Syafi’i, Ats Tsauriy, Ishaq, Abu Tsaur, dll. (AL Mughni, Ibnu Qudamah 3/216, Al Majmu’ Syar Muhadzdzab, Imam Nawawi 4/247-248, lihat pula Majmu’ Fatawa Syaikh Utsaimin 15/370).

 

Dalilnya adalah bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila safar (bepergian) tidak shalat jum’at dalam safarnya, juga ketika haji wada’, beliau SAW tidak melaksanakan shalat Jum’at dan menggantinya dengan shalat Dhuhur yang dijama’ dengan Ashar. (lihat Hajjatun Nabi SAW Kama Rawaaha Anhu Jabir, karya Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albani hal 73). Demikian pula para Khulafaur Rasyidin (4 khalifah) Radhiallahu Anhum dan para sahabat lainnya serta orang-orang yang setelah mereka, apabila safar tidak shalat Jum’at dan menggantinya dengan Dhuhur. (Al Mughni, Ibnu Qudamah 3/216).

Dari Al Hasan Al Basri, dari Abdur Rahman bin Samurah berkata : “Aku tinggal bersama dia (Al Hasan Al Basri) di Kabul selama dua tahun meng-qashar shalat dan tidak shalat Jum’at.”

Sahabat Anas Radhiallahu Anhu tinggal di Naisabur selama satu atau dua tahun, beliau tidak melaksanakan shalat Jum’at.

Ibnul Mundzir Rahimahullahu menyebutkan bahwa ini adalah Ijma’ (kesepakatan para ulama) yang berdasar hadist shahih dalam hal ini sehingga tidak diperbolehkan menyelisihinya. (Al Mughni, Ibnu Qudamah 3/216).

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa “qashar shalat hanya disebabkan oleh safar (bepergian) dan tidak diperbolehkan bagi orang yang tidak safar. Adapun jama’ shalat disebabkan adanya keperluan dan uzur. Apabila seseorang membutuhkannya (adanya suatu keperluan) maka dibolehkan baginya melakukan jama’ shalat dalam suatu perjalanan jarak jauh maupun dekat, demikian pula jama’ shalat juga disebabkan hujan atau sejenisnya, juga bagi seorang yang sedang sakit atau sejenisnya atau sebab-sebab lainnya karena tujuan dari itu semua adalah mengangkat kesulitan yang dihadapi umatnya.” (Majmu’ al Fatawa juz XXII hal 293).

Dalam al-Qur`an dapat ditemukan dalam Q.S. An-Nisa` 101. Yang artinya :

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Adapun dalam hadis nabi yang mutawatir bahwa Nabi Muhammad SAW. meringkas shalat saat berhaji, berumrah, dan saat berperang dapat kita temukan dalam beberapa riwayat di antaranya :

Dari Ibnu Umar berkata : “ aku telah menemani nabi Saw. dan beliau tidak mengerjakan shalat yang empat kecuali menjadi 2 rokaat pada saat bepergian begitu dengan Abu Bakar, Umar, dan Utsman

Ya`la bin Amiyah kepada Umar bin Khattab : “ kami tidak mengqashar shalat saat merasa aman dalam perjalanan”.

Oleh sebab itulah ahli ilmu bersepakat bahwa seseorang yang bepergian dapat juga meringkas sholatnya baik bepergian wajib (seperti haji, jihad, hijrah, umrah), atau sunnah (ziarah, membesuk yang sakit, dll).

 

1.2    Hal – Hal Yang Bisa Membatalkan Shalat Qashar

Hal - hal yang bisa membatalkan shalat Qashar adalah adanya niat tinggal. Para Fuqaha memberikan penjelasan yang berbeda :

1.    Hanafiyah

Tidak diperbolehkan qashar jika telah berniat tinggal selama 15 hari (dianggap mukim/menetap). Selain itu juga tidah boleh qashar jika terjadi hal-hal berikut :

a.    Jika niatan tersebut sampai dikerjakan.

b.    Bermukim di tempat yang layak.

c.    Merupakan kehendak sendiri (tidak mengikuti orang lain).

2.    Hambaliyah

Tidak boleh lagi mengqashar shalat jika :

a.    Telah berniat tinggal, meski tinggal di tempat yang tidak layak.

b.    Tinggal di suatu tempat yang telah melewatkan shalat sebanyak 20 waktu (4 hari)

c.    Bagi orang yang harus tinggal di tengah perjalanan tanpa tahu berapa lama dia tinggal masih berlaku hukum qashar baginya.

3.    Malikiyah

Hukum safar dianggap putus dan tidak boleh qashar jika :

a.    Berniat tinggal selama 4 hari (selain waktu masuk dan keluar) yang dengan hal ini dianggap mukim.

b.    Telah berkewajiban shalat 20 waktu.

4.    Syafi’iyah

Qashar tidak sah dilakukan jika :

a.    Berniat tinggal 4 hari.

b.    Jika kurang dari 4 hari atau tinggal tanpa niat kurang dari 4 hari, maka baginya masih berlaku hukum safar.

5.    Ibnu Abbas

Jika sampai 19 hari dianggap mukim

a.    Qashar juga batal jika telah kembali ke tempat diperbolehkannya awal mengqashar shalatnya.

b.    Barang siapa mengqadla shalat hadhar ketika safat maka harus dikerjakan secara sempurna, beitu juga sebaliknya.

 

2.3    Syarat Sah Shalat Jama’ dan Qashar

2.3.1  Syarat Sah Shalat Jama’

Syarat Sah Shalat Jama’ Taqdim

1.    Mendahulukan shalat yang pertama, baru disusul shalat kedua, yakni Dhuhur dan Maghrib.

2.    Niat menjama’ yang dibarengkan dengan Takbiratul Ihram shalat yang pertama, misalnya Dhuhur.

3.    Harus langsung antara shalat yang pertama dengan shalat yang kedua. Maksudnya adalah berurutan, yaitu tidak diselingi dengan perbuatan atau perkataan lain, kecuali duduk, iqomat atau sesuatu keperluan yang sangat penting.

Syarat Sah Jama’ Ta’khir

1.    Berniat Jama’ Ta’khir diwaktu shalat yang pertama, yakni diwaktu shalat Dhuhur dan Maghrib.

2.    Bepergiannya masih berada didalam waktu shalat yang kedua, yakni Ashar dan Isya’

3.    Berurutan, artinya tidak diselingi dengan perbuatan atau perkataan lain, kecuali duduk, iqomat atau sesuatu keperluan yang sangat penting.

Dalam Jama' Ta’khir tidak disyaratkan mendahulukan shalat pertama atau shalat kedua. Misalnya shalat Dhuhur dan Ashar, boleh mendahulukan Ashar baru Dhuhur atau sebaliknya. Muadz bin Jabal menerangkan bahwasanya Nabi SAW dipeperangan Tabuk, apabila telah tergelincir matahari sebelum beliau berangkat, beliau kumpulkan antara Dhuhur dan Ashar dan beliau ta’khirkan shalat Ashar. Dalam shalat Maghrib begitu juga, jika terbenam matahari sebelum berangkat, Nabi SAW mengumpulkan Maghrib dengan Isya’ jika beliau berangkat sebelum terbenam matahari beliau ta’khirkan Maghrib sehingga beliau singgah (berhenti) untuk Isya’ kemudian beliau menjama'kan antara keduanya.

Sebab – Sebab Yang Diperbolehkan Menjama’ Shalat

1.    Dalam keadaan bepergian atau musafir yang bukan bertujuan maksiat. Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “ Dari Anas, katanya : “Rasulullah apabila berangkat dalam perjalanan, sebelum tergelincir matahari maka beliau (akhirkan Dhuhur ke waktu Ashar), kemudian beliau turun (berhenti) beliau jama’kan keduanya (Dhuhur dan Ashar), maka jika telah tergelincirnya matahari sebelum beliau berangkat, beliau shalat Dhuhur kemudian baru naik kenaraannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Adapun jarak dalam perjalanan yang membolehkan shalat jama’ adalah: perjalanan paling kurang 80,64 km, adapun menurut sebagian ulama’ tidak disyaratkan seperti diatas yang pokok, perjalanan dekat atau jauh sama saja.

2.    Sakit karena sulit melakukan shalat seperti biasa.

3.    Orang yang kerepotan. misalnya, orang yang sedang menunggu orang sakit keras, wanita sedang menyusui, dan memelihara anak kecil.

4.    Gangguan cuaca. Misalnya, hujan deras, sedang ada banjir, angina rebut, gempa bumi, dan sebagainya. Nabi SAW bersabda yang artinya: “bahwasannya Nabi Muhammad SAW. Menjama’ shalat Maghrib dan Isya’ pada suatu malam yang sedang hujan lebat.” (HR. Bukhari)

 

2.3.2  Syarat Sah Shalat Qashar

1.        Jarak yang ditempuh telah mencapai dua marhalah atau enam belas farsakh (empat puluh delapan mil). Ibnu Abdul Bar mengatakan bahwa: 1 mil setara dengan 3.500 dziro’, 1 dziro’ sama dengan 48 cm. Jadi, dapat diketahui bahwa perjalanan yang diperbolehkan mengqashar shalat adalah 80,64 km.

2.        Mengetahui diperbolehkannya mengqashar shalat.

3.        Bepergian tidak untuk tujuan maksiat.

4.        Bepergian dengan tujuan daerah tertentu, sehingga seorang musafir yang tidak   mempunyai tujuan daerah tertentu, tidah diperbolehkan qashar shalat

5.        Selalu menjaga kemantapan niat selama shalat berlangsung. Sehingga apabila saat melakukan shalat qashar muncul keragu-raguan, apakah meneruskan shalat dengan qashar atau dengan menyempurnakan, maka ia harus menyempurnakan shalat menjadi empat raka’at.

6.        Tidak bermakmum kepada orang yang menyempurnakan shalat.

7.        Dalam keadaan bepergian sampai selesai mengerjakan shalat.

8.        Telah melewati batas desa atau dusunnya.

9.        Menurut mazhab Hanafi syarat qashar adalah 107,5 km ditambah 20 meter,Menurut ketiga mazhab lainnya (Maliki, Syafi’i dan Hambali) syarat qashar adalah 80,5 km ditambah 140 meter.
Menurut Imamiyah syarat qashar adalah 40 km ditambah 320 meter.

10.    Tidak boleh meng-qashar shalat kecuali bila sudah meninggalkan bangunan kota (tugu batas). Demikian pendapat empat mazhab. Sedangkan Imamiyah berpendapat hal itu masih cukup, tetapi harus benar-benar jauh dari bangunan kota.

11.    Perjalanan itu haruslah perjalanan yang mubah. Seluruh ulama kecuali Hanafi sepakat bila perjalanan tersebut adalah perjalanan haram (misalnya untuk mencuri), maka qashar tidak boleh dilakukan.

12.    Tidak boleh berniat akan menetap selama lima belas hari berturut-turut, demikian menurut mazhab Hanafi. Atau sepuluh hari menurut Imamiyah, atau empat hari menurut Maliki dan Syafi’i, atau masa wajib atasnya lebih dari dua puluh shalat menurut Hambali.

13.    Menurut Hambali dan Imamiyah, pekerjaan musafir itu menuntut untuk tidak sering bepergian. Pada mazhab yang lainnya, pendapat ini tidak ada.

14.    Mazhab Imamiyah mengatakan rumah tinggalnya harus berbeda dengan golongan yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap, yang selalu berpindah tempat.

15.    Hanafi, Hambali dan Maliki mengatakan: jika seorang musafir pulang dari perjalanannya dan bermaksud kembali ke tempat ia berangkat dari perjalanannya, maka dalam hal ini harus diperhatikan, jika ia melakukan sebelum menempuh jarak qashar, maka batallah perjalanannya, dan wajib atasnya menyempurnakan shalat. Dan jika ia telah menempuh jarak yang telah ditetapkan syara’, maka ia boleh meng-qashar hingga kembali ke negerinya. Sedangkan Syafi’i mengatakan: bilamana terlintas dalam benaknya hendak kembali di tengah-tengah perjalanannya, maka ia harus menyempurnakan shalatnya. Imamiyah mengatakan: jika seseorang bermaksud membatalkan perjalanannya atau merasa bimbang sebelum menempuh jarak yang mewajibkannya qashar, maka ia wajib menyempurnakan shalatnya. Tetapi kalau ia sudah menempuh jarak qashar, maka ia wajib meng-qashar shalatnya. Kelangsungan niat safar itu termasuk syarat selama belum menempuh jarak yang ditetapkan. Apabila jarak qashar itu sudah ditempuh, maka tidak tergantung lagi pada niat. Seluruh ulama sepakat bahwa semua syarat yang ditetapkan untuk qashar, menjadi syarat pula bagi bolehnya membatalkan puasa. Imamiyah mengatakan: orang yang berbuka, wajib qashar, orang yang meng-qashar wajib berbuka.

16.    Shalat yang boleh diqashar hanya shalat 4 rakaat yang wajib pada asalnya. Adapun shalat sunat atau shalat yang wajib dengan sebab nazar tidak boleh diqashar. Sedangkan shalat luput boleh diqashar bila shalat tersebut tertinggal dalam safar/perjalanan yang membolehkan qashar, sedangkan shalat yang luput sebelum safar bila diqadha dalam masa safar maka tidak boleh diqashar. Demikian juga sebaliknya shalat yang luput dalam masa safar bila diqadha dalam masa telah habis safar maka tidak boleh diqashar.

17.    Tidak terjadi hal-hal yang bertentangan dengan niatnya mengqashar shalat, misalnya timbul niat dalam hatinya untuk mengerjkan shalat secara sempurna( 4 rakaat) atau timbul keragu-raguan dalam hatinya setelah ia berniat qashar apakah sebaiknya ia mengerjakan shalat secara sempurna atau ia qashar saja. Bila timbul hal demikian maka shalatnya wajib disempurnakan (4 rakaat). Demikian juga wajib mengerjakan shalat secara sempurna bila timbul karagu-raguan dalam hatinya tentang  niatnya apakah qashar ataupun shalat sempurna, walaupun dalam waktu cepat ia segera teringat bahwa niatnya adalah qashar.

18.    Selama dalam shalat ia harus masih berstatus sebagai musafir. Apabila dalam shalatnya hilang statusnya sebagai musafir misalnya karena kendaraan yang ia tumpangi telah sampai ke daerah tujuannya, atau ia berniat bermukim didaerah tersebut maka shalatnya tersebut wajib disempurnakan.

 

 

2.4     Niat Shalat Jama’, Qashar, Dan Jama' Qashar

2.4.1   Niat Shalat Jama’

1.    Shalat Duhur Jama’ Taqdim Dengan Shalat Ashar.

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Dhuhur. Setelah Shalat Dhuhur kemudian dilanjutkan dengan Shalat Ashar.

Niat Shalat Dhuhur Jama’ Taqdim dengan Shalat Ashar

USHALLII FARDLADH DHUHRI ARBA’A RAKA’ATIN MAJMUU’AN MA’AL ‘ASHRI JAM'A TAQDIIMIIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Dhuhur empat rakaat dijama’ dengan Shalat Ashar dengan jama' taqdim makmum/imam karena Allah Ta’alla”

Niat Shalat Ashar Jama’ Taqdim dengan Shalat Dhuhur

USHALLII FARDLAL ASHRI ARBA’A RAKA’ATIN MAJMUU’AN MA’A DHUHRI JAM'A TAQDIIMIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Asyar empat rakaat dijama’ dengan Shalat Dzuhur dengan jama' taqdim makmum/iman karena Allah Ta’alla”.

2.    Shalat Dhuhur Jama’ Ta’khir Dengan Shalat Ashar

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Ashar. Setelah Shalat Dhuhur kemudian dilanjutkan dengan Shalat Ashar.

Niat Shalat Dhuhur Jamak Ta’khir dengan Shalat Ashar

USHALLII FARDLADH ‘DHUHRI ARBA’A RAKA’ATIN MAJMUU’AN MA‘A ASHRI JAM'A TA'KHIRIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Dzuhur empat rakaat dijama’ dengan Shalat Asyar dengan jamak ta'khir makmum/iman karena Allah Ta’alla”

Niat Shalat Ashar Jama’ Ta’khir dengan Shalat Dhuhur

USHALLII FARDLAL ‘ASHRI ARBA’A RAKA’ATIN MAJMUU’AN MA’A DHUHRI JAM'A TA'KHIRIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Ashar empat rakaat dijama’ dengan Shalat Dhuhur dengan jama' ta'khir makmum/iman karena Allah Ta’alla”.

3.    Shalat Maghrib Jama’ Taqdim Dengan Shalat Isya’

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Maghrib. Setelah Shalat Maghrib kemudian dilanjutkan dengan Shalat Isya’.

Niat Shalat Maghrib Jama’ Taqdim dengan Shalat Isya’

USHALLII FARDLAL MAGHRIBI TSALAASA RAKA’ATIN MAJMUU’AN MA’AL ‘ISYAA’I JAM'A TAQDIIMIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Maghrib tiga rakaat dijama’ dengan Shalat Isya’ dengan jama' taqdim makmum/iman karena Allah Ta’alla”

Niat Shalat Isya’ Jama’ Taqdim dengan Shalat Maghrib

USHALLII FARDLAL ‘ISYAI ARBA'A RAKA’ATIN MAJMUU’AN MA’AL MAGHRIBI JAM'A TAQDIIMIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Isya' empat rakaat dijama’ dengan Shalat Maghrib dengan jama' taqdim makmum/iman karena Allah Ta’alla”.

4.    Shalat Maghrib Jama’ Ta’khir Dengan Shalat Isya’

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Isya’. Setelah Shalat Maghrib kemudian dilanjutkan dengan Shalat Isya’.

Niat Shalat Maghrib Jama’ Ta’khir dengan Shalat Isya’

USHALLII FARDLAL MAGHRIBI TSALAASA RAKA’ATIN MAJMUU’AN MA’AL ‘ISYAA’I JAM'A TA'KHIRIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Maghrib tiga rakaat dijama’ dengan Shalat Isya’ dengan jama' ta'khir makmum/iman karena Allah Ta’alla”

Niat Shalat Isya’ Jama’ Ta’khir dengan Shalat Maghrib

USHALLII FARDLAL ‘ISYAA’I ARBA’A RAKA’ATIN MAJMUU’AN MA’AL MAGHRIBI JAM'A TA'KHIRIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Isya’ empat rakaat dijama’ dengan Shalat Maghrib dengan jama' ta'khir makmum/iman karena Allah Ta’alla”.

2.4.2   Niat Shalat Qashar

1.    Shalat Dhuhur Qashar

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Dhuhur. Jumlah Rakaat Shalat Dhuhur menjadi dua rakaat.

Niat Shalat Dhuhur Qashar

USHALLII FARDLADH DHUHRI RAK’ATAINI QASRHRAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Dhuhur dua rakaat dengan Qashar karena Allah Ta’alla”

2.      Shalat Ashar Qashar

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Ashar. Jumlah rakaat Shalat Ashar menjadi dua rakaat.

Niat Shalat Ashar dengan Qashar

USHALLII FARDLAL ‘ASHRI RAK’ATAINI QASRHRAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat ‘Ashar dua rakaat dengan Qashar karena Allah Ta’alla”.

3.    Shalat Isya’ Qashar

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Isya’. Jumlah Rakaat Shalat Isya’ menjadi dua rakaat.

Niat Shalat Isya’ dengan Qashar

USHALLII FARDLAL ISYA’I RAK’ATAINI QASRHRAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Isya’ dua rakaat dengan Qashar karena Allah Ta’alla”.

 

3.4.3   Niat Shalat Jama’ Qashar

1.    Shalat Dhuhur Jama’ Taqdim Beserta Qashar Dengan Shalat Ashar

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Dhuhur. Setelah Shalat Dhuhur kemudian dilanjutkan dengan Shalat Ashar. Jumlah Rakaat Shalat Dhuhur dan Shalat Ashar menjadi dua rakaat.

Niat Shalat Dhuhur Jama’ Taqdim beserta Qashar dengan Shalat Ashar

USHOLLI FARDLODZ-DZUHRI RAK’ATAINI QASRHRAN MAJMUU’AN MA’AL ‘ASHRI JAM'A TAQDIIMIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Dhuhur dua rakaat Qashar dan Jama’ dengan Shalat ‘Ashar dengan jama' taqdim makmum/imam karena Allah Ta’alla”

Niat Shalat Ashar Jama’ Taqdim beserta Qashar dengan Shalat Dhuhur

USHALLII FARDHAL ‘ASHRI RAK’ATAINI QASRHRAN MAJMUU’AN MA’A DHUHRI JAM'A TAQDIIMIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat ‘Ashar dua rakaat Qashar dan Jama’ dengan Shalat Dhuhur dengan jama' taqdim makmum/imam karena Allah Ta’alla”.

2.    Shalat Dhuhur Jama’ Ta’khir Beserta Qashar Dengan Shalat Ashar

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Ashar. Setelah Shalat Dhuhur kemudian dilanjutkan dengan Shalat Ashar. Jumlah Rakaat Shalat Dhuhur dan Shalat Ashar menjadi dua rakaat.

Niat Shalat Dhuhur Jama’ Ta’khir beserta Qashar dengan Shalat Ashar

USHALLII FARDLADH DHUHRI RAK’ATAINI QASRHRAN MAJMUU’AN MA’AL ‘ASHRI JAM'A TA'KHIRIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Dhuhur dua rakaat Qashar dan Jama’ dengan Shalat ‘Ashar dengan jama' ta'khir makmum/imam karena Allah Ta’alla”

Niat Shalat Ashar Jama’ Ta’khir beserta Qashar dengan Shalat Dhuhur

USHALLII FARDLAL ‘ASHRI RAK’ATAINI QASRHRAN MAJMUU’AN MA’A DHUHRI JAM'A TA'KHIRIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat ‘Ashar dua rakaat Qashar dan Jamak dengan Shalat Dhuhur dengan jama' ta'khir makmum/imam karena Allah Ta’alla”.

3.    Shalat Maghrib Jama’ Taqdim Beserta Qashar Dengan Shalat Isya’

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Maghrib. Setelah Shalat Maghrib kemudian dilanjutkan dengan Shalat Isya’. Jumlah Rakaat Shalat Isya’ menjadi dua rakaat.

Niat Shalat Maghrib Jama’ Taqdim beserta Qashar dengan Shalat Isya’

USHALLII FARDLAL MAGHRIBI TSALAASA RAKA’ATIN QASRHRAN MAJMUU’AN MA’AL ‘ISYA’I JAM'A TAQDIIMIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Maghrib tiga rakaat Qashar dan Jama’ dengan Shalat Isya’ dengan jama' taqdim makmum/imam karena Allah Ta’alla”

Niat Shalat Isya’ Jama’ Taqdim beserta Qashar dengan Shalat Maghrib

USHALLII FARDLAL ‘ISYA’I RAK'ATAINI QASRHRAN MAJMUU’AN MA’AL MAGHRIBI JAM'A TAQDIIMIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Isya’ dua rakaat Qashar dan Jama’ dengan Shalat Maghrib dengan jama' taqdim makmum/imam karena Allah Ta’alla”.

4.    Shalat Maghrib Jama’ Ta’khir Beserta Qashar Dengan Shalat Isya’

Keterangan : Shalat dilaksanakan di waktu Shalat Isya’. Setelah Shalat Maghrib kemudian dilanjutkan dengan Shalat Isya’. Jumlah Rakaat Shalat Isya’ menjadi dua rakaat.

Niat Shalat Maghrib Jama’ Ta’khir beserta Qashar dengan Shalat Isya’

USHALLII FARDLAL MAGHRIBI TSALAASA RAKA’ATIN QASRHRAN MAJMUU’AN MA’AL ‘ISYA’I JAM'A TA'KHIRIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Maghrib tiga rakaat Qashar dan Jama’ dengan Shalat Isya’ dengan jama' ta'khir makmum/imam karena Allah Ta’alla”

Niat Shalat Isya’ Jama’ Ta’khir beserta Qashar dengan Shalat Maghrib

USHALLII FARDLADH ‘ISYA’I RAK’ATAINI QASRHRAN MAJMUU’AN MA’AL MAGHRIBI JAM'A TA'KHIRIN MA’MUMAN/ IMAAMAN LILLAAHI TA’AALAA

“Aku niat Shalat Isya’  dua rakaat Qashar dan Jama’ dengan Shalat Maghrib dengan jama' ta'khir makmum/imam karena Allah Ta’alla”

Catatan :

Bila sholat diatas dikerjakan sendirian (munfarid), maka niat sholat tidak perlu ditambahi ma'muman/imaman, jadi langsung saja Lillahi Ta'ala.

 

1.2    Hal – Hal Yang Bisa Membatalkan Shalat Qashar

Hal - hal yang bisa membatalkan shalat Qashar adalah adanya niat tinggal. Para Fuqaha memberikan penjelasan yang berbeda :

1.    Hanafiyah

Tidak diperbolehkan qashar jika telah berniat tinggal selama 15 hari (dianggap mukim/menetap). Selain itu juga tidah boleh qashar jika terjadi hal-hal berikut :

a.    Jika niatan tersebut sampai dikerjakan.

b.    Bermukim di tempat yang layak.

c.    Merupakan kehendak sendiri (tidak mengikuti orang lain).

2.    Hambaliyah

Tidak boleh lagi mengqashar shalat jika :

a.    Telah berniat tinggal, meski tinggal di tempat yang tidak layak.

b.    Tinggal di suatu tempat yang telah melewatkan shalat sebanyak 20 waktu (4 hari)

c.    Bagi orang yang harus tinggal di tengah perjalanan tanpa tahu berapa lama dia tinggal masih berlaku hukum qashar baginya.

3.    Malikiyah

Hukum safar dianggap putus dan tidak boleh qashar jika :

a.    Berniat tinggal selama 4 hari (selain waktu masuk dan keluar) yang dengan hal ini dianggap mukim.

b.    Telah berkewajiban shalat 20 waktu.

4.    Syafi’iyah

Qashar tidak sah dilakukan jika :

a.    Berniat tinggal 4 hari.

b.    Jika kurang dari 4 hari atau tinggal tanpa niat kurang dari 4 hari, maka baginya masih berlaku hukum safar.

5.    Ibnu Abbas

Jika sampai 19 hari dianggap mukim

a.    Qashar juga batal jika telah kembali ke tempat diperbolehkannya awal mengqashar shalatnya.

b.    Barang siapa mengqadla shalat hadhar ketika safat maka harus dikerjakan secara sempurna, beitu juga sebaliknya.

 

 

BAB III

PENUTUP

Ø Kesimpulan

Menjamak dan mengqasar shalat adalah Rukhshah atau keringanan yang diberikan Allah kepada hambanya karena adanya kondisi yang menyulitkan. Rukhshah ini merupakan shadakah dari Allah SWT yang dianjurkan untuk diterima dengan penuh ketawadlu’an, namun jika tidak ada musyafir yang mengqasar shalatnya tetap sah. Hanya saja kurang sesuai dengan sunah Nabi SAW, karena Nabi SAW selalu menjama’ dan mengqashar shalatnya ketika bebergian.

        Shalat Jama’ ialah shalat yang dikumpulkan. Artinya dua shalat fardhu dikerjakan pada satu waktu, misal shalat zhuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu zhuhur atau pada waktu ashar.

        Shalat Qashar ialah shalat yang diringkas. Artinya, shalat fardhu yang empat raka’at diringkas menjadi dua raka’at. Shalat yang dapat diqashar ialah shalat Zhuhur, Ashar, dan Isya. Shalat Maghrib dan Shalat Shubuh tidak boleh di qashar.

Shalat Jama’ Qashar ialah shalat yang dijama’ sekaligus di qashar. Artinya, shalat yang dikerjakan pada satu waktu dan rakaat shalatnya diringkas menjadi dua raka’at, kecuali maghrib.

Ø Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat mengemukakan saran-saran khususnya kepada semua pembaca makalah secara umum untuk lebih mengedepankan tata cara shalat jama’ dan qashar.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

http://fawaiq.blogspot.co.id/2014/01/hukum-dan-tata-cara-sholat-jamak-qoshor.html

http://al-badar.net/shalat-jamak-dan-qashar/

Mahmud, Moh. Sani. 2011. Fiqih Kelas 8 Semester 2 Tsanawiyah. Surabaya: CV. MIA.

Labib MZ dan Maftuh Ahnan. 1998. Petunjuk Shalat Lengkap. Surabaya:

Bintang Usaha Jaya.

http://islamicfahru.blogspot.co.id/2014/04/sholat-jamak-qashar.html

http://nettik.net/cara-dan-niat-shalat-jamak-qashar/

http://blog.umy.ac.id/aisyahsuryani/2012/01/07/sebab-di-perbolehkannya-jama-dan-qashar-serta-cara-melakukannya/

http://berjamaah.com/shalat-jama-dan-qashar.html

http://abusalma.wordpress.com/2006/12/04/shalat-jama%E2%80%99-dan-qashar/