17 Desember 2017

Makalah Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran IPA di SD

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam pembelajaran ada banyak terdapat strategi, teknik, serta teori yang mempengaruhi cara belaja para peserta didik. Arti dari belajar itu sendiri adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Banyak teori yang mengungkapkan cara belajar peserta didik dalam memahami suatu pelajaran yang di dapatnya di sekolah maupun di rumah. Salah satu dari teori tersebut adalah teori Ausubel.
Menurut Ausubel belajar adalah suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang. Dari pengertian tersebut, penulis ingin lebih memahami tentang teori belajar menurut Ausubel. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai penerapan dari teori belajar Ausubel dalam pembelajaran IPA di SD.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian teori belajar menurut Ausubel ?
2.      Bagaimana penerapan teori Ausubel dalam pembelajaran IPA ?
3.      Apa saja tipe belajar menurut Ausubel ?
4.      Apa saja prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan untuk menerapkan teori Ausubel?
5.      Apa saja ciri-ciri peta konsep Ausubel ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian teori belajar menurut Ausubel.
2.      Untuk mengetahui penerapan teori Ausubel dalam pembelajaran IPA.
3.      Untuk mengetahui tipe belajar menurut Ausubel.
4.      Untuk memahami prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan untuk menerapkan teori belajar Ausubel.
5.      Untuk mengetahui ciri-ciri peta konsep Ausubel.

BAB II
PEMBAHASAN

    A.    Pengertian Teori Belajar Menurut Ausubel
Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori belajarnya adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognititf seseorang.  Peristiwa psikologi belajar bermakna menyangkut asimilasi informasi baru ke dalam pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Jadi dalam belajar bermakna, informasi baru diasimilasikan pada subsumber-subsumber relevan yang telah ada dalam struktur kognitif seseorang. Sebagai hasil belajar menyebabkan pertumbuhan dan modifikasi subsumber-subsumber yang telah ada. Berkembang atau tidaknya subsumber sangat tergantung pada pengalaman seseorang.
Menurut Ausubel, Novak, dan Hanesian (1978), terdapat dua jenis belajar, yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Menurut teori ini, seorang peserta didik belajar dengan cara mengaitkan dengan pengertian yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Jika pengertian yang dimiliki peserta didik berbeda dengan konsep yang diberikan di kelas maka informasi baru harus dipelajari melalui belajar menghafal. Dalam proses ini, informasi baru tidak diasosiasikan dengan konsep yang telah ada di struktur kognitif. Belajar menghafal ini perlu jika seseorang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang telah diketahui (Ausubel dkk., 1968 dan Novak, 1977).
Inti dari teori belajar Menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar bermakna adalah  suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
Berdasarkan teori ini, dalam proses pembelajaran, IPA akan lebih bermakna jika peserta didik membangun konsep yang ada dalam dirinya dengan melakukan proses asosiasi terhadap pengalaman, fenomena-fenomena yang mereka jumpai, dan fakta-fakta baru ke dalam pengertian yang telah dimiliki.

    B.     Penerapan Teori Ausubel dalam Pengajaran IPA
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. Informasi yang baru diterima akan disimpan di daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan tersebut.
David P. Ausubel menyebutkan bahwa pengajaran secara verbal adalah lebih efisien dari segi waktu yang diperlukan untuk menyajikan pelajaran dan menyajikan bahwa pembelajar dapat mempelajari materi pelajaran dalam jumlah yang lebih banyak.
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep atau tahapan-tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep atau tahapan-tahapan diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu :
a.       Pengaturan Awal (advance organizer)
Pengaturan awal atau dapat disebut juga sebagai bahan pengait maka dapat mengaitkan aatara konsep lama yang telah dimiliki siswa dengan konsep baru yang maknanya jauh lebih tinggi. Pengaturan awal ini dapat kita lihat pada RPP pada kegaiatan awal bagian apersepsi, dimana guru menghubungkan materi yang telah dimiliki siswa dengan materi pelajaran yang baru. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru mengajarkan tentang bagian-bagian tumbuhan yang terdiri dari akar, daun, batang, bunga, buah, dan biji. Maka guru dapat bertanya kepada siswa dengan beberapa pertanyaan, misalnya: apakah kalian tahu daun? Apa warna daun itu? Daun pada tumbuhan berguna untuk apa?. Jadi pada pengaturan awal ini dapat mengaitkan antara konsep lama siswa yang sudah tahu warna daun kemudian dihubungkan dengan konsep baru yaitu kegunaan dari daun.
b.      Diferensiasi Progresif
Diferensiasi progresif adalah suatu proses menguraikan masalah pokok menjadi bagian-bagian yang lebih rinci dan khusus. Proses penyusunan pelajaran yang mengenalkan pada siswa dari konsep yang umum atau inklusif kemudian menuju ke konsep yang khusus. Sehingga pelajaran dimulai dari yang umum menuju ke yang khusus. Misalnya dalam pembelajaran IPA di SD, guru memberikan materi mengenai jenis hewan berkaki empat, kemudian guru dapat mengajukan pertanyaan yaitu hewan apa saja yang berkaki empat?, diantara hewan berkaki empat, hewan apa sajakah yang pemakan rumput  dan pemakan daging?. Dari pertanyaan guru tersebut maka siswa dapat mengetahui bahwa hewan berkaki empat itu ada yang pemakan rumput dan ada juga yang pemakan daging. Sehingga pelajaran dari umum-khusus.
c.       Consolidasi (belajar subordinatif)
Dalam konsilidasi (consolidation) guru memberikan pemantapan atas materi pelajaran yang telah diberikan untuk memudahkan siswa memahami dan mempelajari selanjutnya. Dalam hal ini guru dapat memberikan pertanyaan kepada siswa, misalnya dalam materi tumbuhan. Guru dapat menanyakan pada siswa tentang bagian-bagian dari tumbuhan serta fungsi dari bagian tumbuhan tersebut. Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami pertumbuhan ke arah diferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi pada konsep-konsep yang lebih luas dan inklusif.
d.      Rekonsiliasi Integratif
Menurut konsep rekonsiliasi integratif dalam mengajar, konsep-konsep perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana konsep dan prinsip tersebut saling berkaitan. Guru menjelaskan dan menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan materi yang telah dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai siswa. Dengan demikian siswa akan mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan tersebut. Contoh dalam pembelajaran, misal mempelajari materi tentang bagian tumbuhan yaitu daun. Siswa pada kelas sebelumnya telah mempelajari tentang daun, tetapi hanya sebatas mengetahui tentang apa itu fungsi daun. Dan pada kelas berikutnya siswa kembali mempelajari tentang daun, akan tetapi dalam materi ini siswa akan lebih mendalami tidak hanya sebatas pada fungsi daun saja melainkan macam-macam tulang daun.




       C.    Tipe Belajar Menurut Ausubel
Menurut Ausubel dan Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada 4 macam tipe belajar :
a.       Belajar menerima bermakna (Meaningful Reception Learning)
Belajar menerima bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang dia miliki.
b.      Belajar menerima yang tidak bermakna (Reception Learning)
Belajar menerima yang tidak bermakna yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada pelajar sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang dia miliki.
c.       Belajar penemuan bermakna (Meaningful Discovery Learning)
Belajar dengan penemuan bermakna yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau pelajar menemukan pengetahuannya dari apa yang dia pelajari kemudian pengetahuan baru itu dia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
d.      Belajar penemuan yang tidak bermakna (Discovery Learning)
Belajar dengan penemuan tidak bermakna yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh pelajar tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
     D.    Prinsip yang Perlu Diperhatikan Untuk Menerapkan Teori Ausubel
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa dalam mengaitkan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif dikemukakan 2 prinsip oleh Ausubel yaitu :
a.      Prinsip Diferensiasi Progresif (progressive differentiation)
Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.
b.      Prinsip Rekonsiliasi integratif (integrative reconciliation)
Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.


     E.     Ciri-ciri Peta Konsep Ausubel
Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:
1)      Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya untuk bidang studi Ipa
2)      Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari suaatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.
3)      Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada pemberian contoh-contoh.
4)      Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu hierarki yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu.


BAB III
PENUTUP
      A.    Simpulan
Inti dari teori belajar Menurut Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar bermakna adalah  suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
Dalam penerapan di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep atau tahapan-tahapan dimana konsep-konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki dan semakin ke bawah konsep-konsep atau tahapan-tahapan diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip atau tahap-tahap yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu : Pengaturan Awal (advance organizer), Diferensiasi Progresif, Consolidasi (belajar subordinatif), Rekonsiliasi Integratif.
Menurut Ausubel dan Robinson dalam Slameto (2010, 24) ada 4 macam tipe belajar : Belajar menerima bermakna (Meaningful Reception Learning), Belajar menerima yang tidak bermakna (Reception Learning), Belajar penemuan bermakna (Meaningful Discovery Learning), Belajar penemuan yang tidak bermakna (Discovery Learning).
Salah satu ciri peta konsep Ausubel adalah Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada pemberian contoh-contoh.
     B.     Saran
 Saran dari penulis yaitu guru diharapkan dapat menerapkan teori belajar menurut Ausubel dengan baik kepada peserta didik. Dan diharapkan agar peserta didik juga lebih cepat faham jika menggunakan teori tersebut.







DAFTAR PUSTAKA

Wisudawati, A. W. dan Sulistyowati, E. 2015. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara
Tips, Dokumen. Teori Belajar Ausubel dalam Pembelajaran Ipa Sd 1
Edu. Academia. E-Learning Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD
Lintang, Efoel. 2014. Teori Belajar Ausubel dan Penerapannya
Iqhenujha. 2015. Penerapan Teori Ausubel
Mojorurut 2, SDN. 2013. Penerapan Teori Ausubel
Nurratri. 2017. Teori Belajar Ipa Sd
Karyaku. 2015. Teori Belajar Bermakna dari David P